05 September 2008

Puasa Tahun Ini

Makin tahun. Suasana puasa saya rasa makin tidak 'homy'. Saya sudah sering melupakan masa-masa betapa indahnya menunggu buka, bercengkrama di malam hari atau sahur bersama keluarga.

Saya dulu ingat, bersama-sama dengan beberapa kawan (DON'T TRY THIS AT HIM, KIDS!!) merakit mercon. Di sore hari, pekerjaan mengasyikkan untuk membunuh waktu-waktu lapar. Dengan kertas-kertas bekas, lem dan obat mercon khas berwarna abu-abu. Kemudian, menguji hasil karya di kebun belakang sekolah atau di alun-alun kota.

Bukan!! Bukan merconnya yang saya ingat. Tapi kebersamaan saat bekerja itu. Ungkapan saling mencomooh "aaah, mercon milik kamu cupu,", tertawa ngakak saat menutup telinga rapat-rapat namun mercon-nya ngobos, dan adrenalin terpacu saat dikejar-kejar orang yang merasa terganggu. Ha ha ha. Saya baru sadar saat dewasa, ternyata mercon itu sangat mengganggu. DARRRRR!!! Dan saya langsung mengumpat, "Anaknya siapa itu kurang ajar?!?!". Well, saya yakin, mungkin itu juga yang ada di pikiran orang-orang yang terganggu karena ledakan mercon kami.

Setengah jam sebelum buka puasa, kami berkeliling hunting jajanan dan minuman segar. Jalan-jalan menjelajahi kota dan menikmati keramaian orang-orang yang kelaparan. Setelah es degan dan beberapa kue didapat, kami pulang ke rumah. Menyalakan radio yang akan mengumandangkan sirine atau adzan tanda maghrib, kemudian menyeruput es bersama-sama dan mendesah alhamdulillah. Nikmat sekali..

Beberapa jam setelah tarawih, kami mengumpulkan bambu-bambu dengan berbagai ukuran untuk memainkan musik perkusi. Kadang ada yang menyumbang ember. Ada pula yang meminjamkan gerobak untuk kami bawa keliling kampung, mengumandangkan senandung 'Sahuuur sahuuuur' dengan penuh semangat. Atau 'sholawatan' yang kami hapalkan bareng-bareng. Atau hanya sekedar memukuli bambu-bambu yang di sini terkenal dengan istilah 'thong-thong-klek'.

Saat sahur, kami pulang ke rumah masing-masing dan duduk manis di meja makan sambil menceritakan apa yang tadi kami lakukan seharian. Membanggakan puasa saya belum pernah bolong, dan mencemooh kakak perempuan saya yang tidak puasa. Di televisi, ada acara kuis yang memberikan pertanyaan cukup bermutu seperti 'sebutkan huruf hijaiyah yang termasuk sebagai huruf-huruf al-qomariyah' lantas kakak-kakak saya ribut karena telepon mereka tidak diangkat pembawa acara kuis. Hangat dan menyenangkan...

Saya merindukan suasana itu.

Sekarang. Sejak handphone, internet dan PS2 merajalela. Di pagi hari, saya lebih banyak tidur. Setelah mengaji, kemudian saya terhubung ke internet dan bersenang-senang dengan dunia sendiri. Setelah Ashar, saya asyik dengan PS untuk menunggu waktu berbuka. Setelah tarawih, saya kembali di komputer saya untuk bekerja. Kami sudah lupa dengan kebersamaan, dan hanya sempat bertemu ketika tarawih. Atau sesekali buka bersama, yang itupun masing-masing masih disambi chatting dengan entah siapa. Tinggal latihan band yang masih penuh dengan kehangatan dan cemoohan akrab. Untunglah..

Yang paling menyakitkan adalah ketika sahur, di mana acara-acara televisi menjadi penurun selera makan. Saya memang tertawa melihat mereka, pelawak-pelawak televisi, namun kelucuan mereka bukan di lawakan mereka. Yang saya tertawakan adalah lawakan mereka yang tidak lucu lagi. Yang saya tertawakan adalah diri saya sendiri yang kok ya menonton acara minus mutu itu. Dan kuis-kuisnya, masya allah, mantap sekali. Pertanyaannya sangatlah menantang, seperti 'Siapakah penyanyi lagu Pintu Surga?' - 'A. Gigi B. Mulut C. Mata'. Ck ck ck.. Saya mikir, penulis pertanyaannya itu mungkin merasa penonton-penonton Indonesia itu bodoh semua. Mereka mungkin takut, jika nanti tidak ada yang berani menjawab kuis yang pertanyaannya 'Siapakah nama Ayahanda Rasulullah SAW?'

Duh.. Saya jadi ngelantur ke mana-mana.
Apapun itu, selamat berpuasa semuanya..

-ova-

Tidak ada komentar: