30 Agustus 2008

Beribadah itu Mudah


Saya mempunyai seorang kawan yang selalu gagap dalam mengucap Allahu Akbar ketika mengawali sholat. Begini, dia merapal doa dan niat --lantas mengangkat kedua tangannya. Sesaat dia tersentak seperti disadarkan oleh sesuatu, kemudian menurunkan tangannya. Dia mengawali takbir-nya lagi dan di pertengahan dia tersentak kembali dan mengulangi lagi. Sampai 3-5 kali, baru dia masuk ke rukun berikutnya. Dan saya yang waktu itu kebetulan di sebelahnya, cukup terganggu. Karena saya dan makmum-makmum yang lain sudah pada ruku' mengikuti imam, dia masih takbiratul ihram..

Suatu ketika, saya menanyakan kenapa bisa seperti itu. Dan kawan saya itu menjawab :

Kawan (K): "Saya takut, Va.. Takut sholatnya nggak diterima Allah."
Saya (O) : "Lho?! Kok bisa, mbro?!"

K : "Kan.. Membaca niat 'usholli' sama gerakan tangan itu HARUS pas.. Telat sedikit saja, shalat saya batal..
O : "Ah, masak?!?!?"

K : "Woo iya!! Kalau niatnya dibaca kecepatan, dan tangannya sudah terangkat duluan kan repot."
O : "Ah, masak?!?"

K : "Wooo iya!! Kamu kan musisi.. Ibaratnya, kamu nyanyi di nada D.. Padahal suara gitar sudah masuk nada G!! Fales.."
O : "Hmmmm..." ("Kayaknya gak gitu deh.." pikir saya, namun tetap manggut-manggut)
K : "Harus koheren.. Sejajar.. Presisi... " (mulai ngaco..)

Saya merasa kasihan dengan kawan saya. Saangat kasihan. Dia menderita penyakit was-was yang sangat menggangu hidupnya, especially ibadahnya. Saya mempelajari bahwa Islam itu agama yang mudah, ibadah dijalankan 'semampu'-nya. Saya tidak pernah mempedulikan apakah takbir saya berbarengan dengan gerakan tangan ketika mengawali sholat. Se-tepat atau sekhusyuk apapun saya sholat, Allah lah yang menentukan ibadah saya diterima apa tidak.

Allah, menurut saya, bukan kayak Polisi yang mengawasi di perempatan kalau-kalau ada motor jalan duluan padahal lampu hijau belum menyala. Allah, menurut saya, bukan juri atau komentator ajang musik yang sensitif dengan chord dan suara pitch para kontestan. Allah, bukan pengawas galak yang tidak mentolerir semungil apapun kekeliruan kita..

Sholat, setau saya adalah perintah Allah. Dan orang muslim diwajibkan melaksanakannya. Namun banyak yang 'keder', bahwa perintah Tuhan itu harus benar-benar 'benar'. Gak boleh salah posisi kaki, bacaannya harus jelas, harus kenceng, gerakan tangan harus gini dan gini.. Oh, please... Kita diwajibkan melaksanakan sholat, semampu kita aja kok. Wong, kalau kita baru hapal al-fatihah, ya itu aja dibaca. Kalau baru bisa gerakan-gerakan-nya, yawdah gerak-gerak saja. Bahkan kalau kita tidak kuat berdiri, karena sakit, kita diperbolehkan kok sholat sambil duduk.

Ini tidak hanya berlaku buat sholat saja.

Karena Abah saya mengatakan, SEMUA ibadah yang ada dalam Islam dikerjakan semampu umat. Kalau tidak mampu ya jangan dilakukan --karena malah akan merusak ibadah itu sendiri. Kayak yang diceritakan Om Deddy Mizwar di Para Pencari Tuhan jilid 2.

Dikisahkan bahwa Om Jack ingin menunaikan ibadah haji, namun belum mampu dengan biayanya. Kemudian tiga anak asuhnya berusaha membantu iuran, namun uang mereka didapat dari hasil nipu. Bang Jack kira-kira bilang sambil marah, "Percuma gue melakukan hal yang baik kalau dengan menggunakan yang haram!!!!"

Puasa juga gitu. Yang belum kuat menahan lapar, diperbolehkan untuk gak puasa. Sedekah dan zakat, apalagi. Yang gak punya rejeki, gimana bisa menyedekahi?

Selain yang ritual-ritual, saya teringat cerita sahabat saya --seorang gadis musisi yang sangat berbakat. Suatu ketika, dia curhat dalam email yang kira-kira:

Va.. Gue dosa ya kalo nggak pakai jilbab? Gue tau jilbab itu dipake muslimah dan jadi penutup aurat. Gue ngerasa gak pantas make. Karena, you know, ada beberapa kelakuan gue yang gak muslimah banget.. Gue masih pecicilan, masih suka bergosip ria, masih suka keluar malem..

Nah, ini jadi dilema.. Gue belum siap memake jilbab saat ini, tapi gue takut gue berdosa. Gimana dong?!

Oh, great. Apakah saya adalah seorang ulama yang tahu solusi segala macam permasalahan?! Sumpah, waktu itu saya bingun ini email mau dibales apa?! Huhuhu.. Well, karena saya takut kalau-kalau jawaban (ngaco) saya menjerumuskannya, maka saya menanyakan pada Abah. Dan jawaban beliau pun saya adaptasi untuk balesan email curhatan itu..

PERHATIAN : SAYA BUKAN MENYURUH CEWEK-CEWEK BERJILBAB UNTUK MELEPAS JILBAB MEREKA!! Don't take those stuffs away, girls!! You're beautiful with them!!

Maka inilah balasan email saya:

Dear..
Gue bold yah kata-kata elo. Gue belum siap memake jilbab saat ini, tapi gue takut gue berdosa. Kalau elo belum siap, kerjakan semampunya ajah. Islam itu baik kok, semua ibadah dijalan sekuat kita bisa.

Idealnya, seorang muslimah harus bisa menjilbabi fisik dan kelakuannya. Tapi kalau elo baru bisa menjilbabi hati elo, gak papa. Fine.. Gue lebih suka dengan cewek non-jilbab berkelakuan sopan, daripada cewek berjilbab yang ribut dan pakeannya ketat dan seksi.

*Dan saya pun berasa seperti Ustadz yang penuh dengan fatwa..*
Well.. Saya bersyukur banget tidak dilahirkan dengan ke-waswas-an seperti kawan saya yang pertama, dan juga bersyukur tidak dilahirkan sebagai wanita-penuh-dilema karena bingung.

Sekali lagi, alhamduliLlah hidup saya cukup mudah. . .

-ova-

▼ Oi, lanjut...

28 Agustus 2008

Google Fight

Oke... Secara iseng saya menemukan situs Google Fight ini. Meskipun ada embel-embel Google, situs ini tidak disponsori atau ada kaitannya dengan Sang Dewa, Google. Situs itu cuma menggunakan database/index Google untuk digunakan dalam pertarungan. Caranya sangatmudah™.

Ketik aja 2 keyword yang mau ditandingkan. Keyword-nya terserah, yang aneh-aneh pun boleh. Misalnya 'gundu' dan 'kelereng...

Nah, akan muncul visual efek simpel --kemudian hasilnya diumumkan dalam bentuk grafik. Kayak :


Klik Untuk Memperbesar




Nah, karena cukup menggelikan. Saya coba memasukkan keyword aneh-aneh dan mendapatkan hasil ini. (Klik untuk liyat skrinsyut hasilnya!!!)

Dian Sastro vs Sandra Dewi
Genderuwo vs Kuntilanak
Gatotkaca vs Arjuna
Jancuk vs Jamput

Hahahahag.. Fun!!!
Coba ahhhh.. googlefighting-in kawan2 bloggers.. Heuheuhehuhe..

▼ Oi, lanjut...

27 Agustus 2008

24

Iya. 24 jam sehari dalam 24 tahun tak pernah terasa secepat ini. Berlalu begitu saja bagaikan awan --sesekali diterangi matahari, kali lain meneteskan hujan.

Tak pernah kucatat, berapa kali aku tergelak bahak. Tak pula kutulis, berapa kali aku menderaskan tangis. Semua melebur dalam nafas kehidupan, anugerah Tuhan.

Alhamdulillah, kasih sayang keluarga dan kawan-kawan tak pernah berhenti mengalir, meski aku ini sering mengiris hati.

Syukran katsiran Abah --atas sifat keras-kepala yang engkau titiskan, membuatku dapat belajar berteguh pendirian. Thank you, mbakyu-mbakyuku --atas keberagaman pekerti yang selalu kalian tularkan.

Terimakasih, kekasih --atas usaha keras untuk memendam dunia maya demi secercah realita. Arigatou, kawan-kawan --atas dinamika dan kegilaan yang semakin menguatkan ikatan kita.

Dan Ibuku, sengaja kusebut terakhir sebagai yang paling spesial. Syukran, thank you, terima kasih Ibu. Aku tahu, bahwa sekilas tatapanmu adalah doa penuh berkah, bahwa belaianmu adalah selimut surga, bahwa sosokmu sendiri adalah wujud lautan cinta. Aku bahkan tak sanggup lagi melukiskan kelembutanmu lewat kata-kata, seperti halnya aku tak sanggup membalas kebahagiaan yg telah kau curahkan selama 24 jam --semenjak 24 tahun yang lalu,.

Iya. 24 jam sehari dalam 24 tahun tak pernah terasa secepat ini. Namun, aku tak menyesali. Karena aku tahu, ada yang selalu hadir untuk menemani. Seperti awan yang ditemani mentari, hujan atau pelangi...

▼ Oi, lanjut...