17 Juni 2008

10 Alasan Saya Benci Bepergian Dengan Bus

  1. Macet. Inti dari segala malapetaka
  2. Pegel-pegel karena kepanjangan kaki
  3. Jalan aspal berlubang yang brutal, hingga saya berasa sedang rodeo
  4. Panas. Yeahh!!! Sumpek para penumpang juga menambah hawa menyebalkan
  5. Polusi telinga. Pengamen asal-asalan dan ocehan pedagang asong yang annoying
  6. Salah posisi duduk dan tidur. Kegencet dan ketendang.
  7. Bengong, gak tau apa yang dilakukan selain nge-game di HP dan dengerin ERK lewat headphone
  8. Gak pernah duduk di samping cewek cantik.. Huhuhuhuh..
  9. Sopir innocent yang ngebut secara membabi-buta. Bikin jantung saya hampir meledak
  10. Teman duduk (biasanya Om-om) yang sok akrab dan nanya macem-macem gk penting
Oke.. Di atas adalah salah-sepuluh hal yang saya benci. Random, jadi bukan diurut dari yang paling ngeselin.

Bonus cerita nih.
Kemarin, saya sama mbak saya pergi ke Semarang untuk vaksinasi meningitis di kantor kesehatan imigrasi (atau yang semacam itu). Ini adalah prosedur wajib buat yang mau pergi ke luar negri, dalam hal ini saya ngurus untuk umroh.

Dulu, kartu kesehatan dan vaksinasi bisa dilakukan di daerah. Tapi entah siapa yang meng-intruksi, sehingga urusan kartu kesehatan musti dibikin di Pelabuhan Semarang.

Oke..
16 Juni 2008 senin pagi, saya (yang dengan langka bisa bangun setelah dipaksa) bersama Mbak aL saya mbecak ke terminal kemudian naik bis PO. Indonesia. Oh, damn!! Karena mungkin terburu-buru, Mbak aL langsung masuk gitu. Padahal saya lebih suka pake Patas AC (lihat poin 4).

Nah, bis Indonesia ini sesak penuh dengan penumpang. Dan saya kebagian bangku PALING BELAKANG!! Posisi yang menyedihkan, karena kalau ada geronjalan dikit kerasanya dobel. Males banget lah pokoknya.

Celakanya, di samping kanan saya ada Om-om dengan pakean dines yang sok-sok akrab dan di sebelah kiri saya ada Ibu-ibu gendong anak. Oke, si Ibu memang kalem gitu, tapi kaki si anak ini terus-terusan menendang saya. Great!!! Mana sepatu si anak gak dilepas lagi. Lebih ngeselin lagi, ada pria semi-punk (dia berdiri, gk dapet tempat duduk) yang dengan tampang tak berdosa nginjek kaki saya.

Sip lah!! Penderitaan saya berlangsung sekitar 4 jam, dan 10 daptar di atas benar-benar saya alami. Saya skip aja deh, karena itu adalah pengalaman yang malesbanget untuk dikenang.

Begitu nyampe Semarang yang pwanas, kami naik taksi menuju Gramedia untuk ketemuan dengan Abah + Ibu saya. Oia, mereka sudah duluan ada di Semarang sehabis ada acara di Solo hari sebelumnya. Setelah salaman, kami langsung meluncur ke kantor imigrasi yang terletak di pelabuhan.

Sampai di sana, kami disuntik vaksin, kemudian diberi kartu kesehatan berwarna kuning. Abis itu, kami pulang ke rumahh. Saya segera merebahkan diri di karpet (saya nggak pernah tidur di kasur) kemudian terlelap kelelahan.

Ternyata penderitaan saya belum selesai. Paginya, saya dibangunkan Ibu. "Va, Va!!!"

Dengan mata masih kelelahan, saya menggumam gak jelas.

"Ada masalah dengan kartu-mu?"

"HAH?!?!" mata saya mendadak terbuka. "Kartu apa?!"

"Kartu kesehatan vaksin yang kemarin dibikin di pelabuhan itu.."

"HAH?!?!" Ibu saya menunjukkan kartu itu.

Di sana tertulis VALIDATED UNTIL : 15 Juni 2008.

Saya langsung tertawa pasrah. Saya mengurus kartu kesehatan itu pada tanggal 16 Juni dan kartu itu kadaluarsa kemarin lusa 15 Juni!!! Males bangettttt!!

"Trus piye ini?!" tanya saya pasrah.

"Bilang sama Abah, enaknya gimana. Di-scan dulu buat bukti, trus dikirim ke sana, ato gimana gitu.."

"Oke.." Saya bangun, sholat subuh (kesiangan) kemudian berlari ke kamar Abah.

Abah sedang membaca koran pagi saat saya masuk. Trus, dengan santai Abah bilang: "Ya udah, ke Semarang aja sana sekarang!! Urus sebentar!!"

"HAHHHH?!?! Ke Semarang lagi?!"

"Iya lah.. Sama aja kalo cuma kirim bukti, kan pas photo dan fotokopi KTP-mu ada di sini... Sana, sarapan trus mandi!! Nanti kantornya keburu tutup.."

Lagi-lagi saya tertawa pasrah. Kemudian sarapan sambil bengong.

Maka.. Begitulah. Setelah mandi, bersiap-siap dan salim-salam, saya berjalan gontai ke terminal. Saya melirik arloji, jam 09:00 pagi --saat di mana saya biasanya masih tergeletak dengan damai di karpet kamar.

Di terminal, saya menunggu bis Patas ber-AC. Biar agak nyaman lah dalam perjalanan. Sialnya, sampai jam 10:00, tak ada satupun bis Patas AC yang lewat. Great!!! Maka terpaksa lah saya naik bis PO. Indonesia yang sama dengan kemarin.

Alhamdulillah.. Bis yang ini lumayan sepi. Saya bahkan duduk sendirian di bangku untuk 3 penumpang. Trus, di seberang sana ada cewek berjilbab lumayan cantik. Hohoho. Not bad lah. Sebelum bis jalan, saya SMS Dek Iva, sepupu saya yang kerja di pelabuhan untuk jemput saya di terminal.

Agar poin no 5 --polusi telinga tidak terjadi, saya sumpal telinga saya dengan MUSE. Nina bobok lah !! Dan sukses lah saya terlelap sampai hampir masuk terminal Terboyo.

Dek Iva sudah menunggu di dalem terminal. Saya turun salaman, kemudian tanpa ba-bi-bu saya bonceng dia ke pelabuhan. Apakah saya tau jalan? Ohoho.. Tentu tidak, kan saya minum Combantrin. Loh?!? Ya Dek Iva ini lah yang jadi navigator.

Sampai di kantor kesehatan (yang ternyata tidak begitu jauh) saya langsung nyelonong masuk sambil mengacungkan kartu sial itu.

"Ada apa Mas?" kata seorang petugas.

"Kartu saya bermasalah ni.."

"Lho, kenapa?!"

Saya tunjukkan kolom kadaluarsa di bagian tengah kartu itu. Si Petugas meneliti kemudian sadar. "Oh.. ya!!! Tahun-nya keliru ya, Mas.. Seharusnya 15 Juni 2010.."

Saya tertawa garing. Dan Mas Petugas membawa kartu saya ke petugas lainnya, berbisik-bisik ria dan mencoret-coret kartu saya. Kemudian setelah menyetempel di bagian tertentu dia kembali dan menyerahkan kartu saya dengan tampang tak berdosa.

"Beres, Mas!! Ini gak papa kok.. Sudah di-tanda-tangani petugas.."

Saya tersenyum manis, dan saya pandangi petugas itu. Pandangan saya itu kalo diterjemahkan kira-kira : YA!!! BAGOOSSSSS!!! GAK PAPA YA?!?! NIH MAKAN SEPATU SAYA!!! APA GAK LIYAT SAYA CAPEK-CAPEK KEPANASAN PERGI SEJAUH 100 KM DEMI KARTU SIALAN INI?!?

Tapi dengan tak berdosa, pandangan mata saya diacuhkan dan bilang : "Gak papa, Mas.. Kalau di-tip-ex atau disetip gitu malah gak boleh.. Sah kok ini.."

Saya ingin ngomong sesuatu, tapi sepupu saya yang judes itu mendahului : "Kalo dicoret-coret gitu si saya juga bisa, Pak!!! Ya Allah, jauh-jauh dari Rembang cuma buat dicoret kartunya?!"

Seorang Ibu-ibu petugas yang mendengar celetukan itu mendekati. Kayaknya dia senior gitu, dan tampangnya cukup ramah. "Ada apa tho, Mas?"

"Ini, Bu!! Ibu saya bilang kartu ini diganti yang baru, karena petugas salah tulis tanggal."

"Mas, dari mana?"

"Dari Rembang."

Ibu itu diam, memandangi saya yang berkeringat menyedihkan. "Oh, gitu.. Ya sudah, diganti aja Pak!!" katanya kepada petugas yang mencoret-coret kartu saya.

Dengan sigap, petugas itu membuatkan saya kartu baru. Saya akan puas kalau saja tulisan tangan petugas di kartu saya baru itu TIDAK ceker eyem. Memandangi kartu yang baru saya lagi-lagi tertawa pasrah.
-ova-

Tidak ada komentar: