27 Agustus 2008

24

Iya. 24 jam sehari dalam 24 tahun tak pernah terasa secepat ini. Berlalu begitu saja bagaikan awan --sesekali diterangi matahari, kali lain meneteskan hujan.

Tak pernah kucatat, berapa kali aku tergelak bahak. Tak pula kutulis, berapa kali aku menderaskan tangis. Semua melebur dalam nafas kehidupan, anugerah Tuhan.

Alhamdulillah, kasih sayang keluarga dan kawan-kawan tak pernah berhenti mengalir, meski aku ini sering mengiris hati.

Syukran katsiran Abah --atas sifat keras-kepala yang engkau titiskan, membuatku dapat belajar berteguh pendirian. Thank you, mbakyu-mbakyuku --atas keberagaman pekerti yang selalu kalian tularkan.

Terimakasih, kekasih --atas usaha keras untuk memendam dunia maya demi secercah realita. Arigatou, kawan-kawan --atas dinamika dan kegilaan yang semakin menguatkan ikatan kita.

Dan Ibuku, sengaja kusebut terakhir sebagai yang paling spesial. Syukran, thank you, terima kasih Ibu. Aku tahu, bahwa sekilas tatapanmu adalah doa penuh berkah, bahwa belaianmu adalah selimut surga, bahwa sosokmu sendiri adalah wujud lautan cinta. Aku bahkan tak sanggup lagi melukiskan kelembutanmu lewat kata-kata, seperti halnya aku tak sanggup membalas kebahagiaan yg telah kau curahkan selama 24 jam --semenjak 24 tahun yang lalu,.

Iya. 24 jam sehari dalam 24 tahun tak pernah terasa secepat ini. Namun, aku tak menyesali. Karena aku tahu, ada yang selalu hadir untuk menemani. Seperti awan yang ditemani mentari, hujan atau pelangi...

Tidak ada komentar: